weather

booked.net

Selasa, 12 November 2019

Sikat Gigi


BAB 1
PENDAHULUAN

·            Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, agar terwujud derajat kesehatan yang lebih tinggi. Hal ini dapat dilakukan melalui pendekatan peningkatan pengetahuan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan.
Pengetahuan orang tua sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang mendukung atau tidak mendukung kebersihan gigi dan mulut anak. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh secara alami maupun secara terencana yaitu melalui proses pendidikan. Orang tua dengan pengetahuan rendah mengenai kebersihan gigi dan mulut merupakan faktor predisposisi dari perilaku yang tidak mendukung kebersihan gigi dan mulut anak.
Banyak orang tua yang mengeluhkan bahwa perawatan gigi anak, sulit dan memerlukan banyak waktu. Keluhan  ini dapat di mengerti bahwa banyak orang tua yang belum sadar betul akan perlunya perawatan gigi anak. Umumnya orangtua beranggapan bahwa gigi anak-anak tidak perlu dirawat karna akan diganti dengan gigi dewasa . Peran orang tua juga sangat penting untuk menjaga kesehatan anak-anaknya, apalagi untuk urusan kesehatan gigi. Perilaku dan kebiasaan ibu dapat dicontoh oleh anak. Pengetahuan ibu tentang kesehatan gigi akan sangat menentukan status kesehatan gigi anaknya kelak.
Gigi bagi seorang anak penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak itu sendiri. Fungsi gigi sangat diperlukan dalam masa kanak-kanak yaitu sebagai alat pengunyah, membantu dalam berbicara, keseimbangan wajah, penunjang estetika wajah anak dan khususnya gigi sulung berguna sebagai panduan pertumbuhan gigi permanen. Anak usia prasekolah adalah anak yang berusia antara 2 sampai 6 tahun dimana pada  masa ini anak telah mencapai kematangan dalam berbagai macam fungsi motorik dan diikuti dengan perkembangan Intelektual dan sosioemosional.  Anak usia dini biasa mengikuti program prasekolah.
Karies gigi merupakan penyakit yang sangat luas dijumpai diseluruh dunia pada zaman sekarang, walaupun penularan penyakit ini dari satu orang ke orang lain tidak dijumpai. Karies gigi sudah dapat terjadi pada anak-anak usia 3-4 tahun.
 Masalah kesehatan gigi di Indonesia dapat dikatakan cukup tinggi.  Prevalensi karies di Indonesia mencapai  90% dari populasi anak balita. Menurut laporan penelitian oleh pengendalian dan pencegahan penyakit pada tahun  2007 menunjukkan bahwa karies gigi telah meningkat khususnya pada anak usia balita dan anak prasekolah, yaitu dari 24% menjadi 28% dimana pada anak usia 2-5 tahun meningkat menjadi 70% dari karies yang ditemukan. Data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)  tahun 2013 masalah kesehatan gigi dan mulut mencapai presentasi sebesar 25,9%.
Praktek kebersihan  mulut oleh individu merupakan tindakan pencegahan yang paling utama dianjurkan, juga berarti individu tadi telah melakukan tindakan pencegahan yang  sesungguhnya, praktek  kebersihan  mulut  ini dapat dilakukan individu dengan cara menggosok gigi.  Menggosok  gigi berfungsi  untuk menghilangkan dan mengganggu  pembentukan plak dan debris, membersihkan sisa makanan yang menempel pada gigi, menstimulasi jaringan gingiva, menghilangkan bau mulut yang tidak diinginkan. (Depkes RI, 2004)
Perilaku  menggosok  gigi  pada  anak  harus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari tanpa ada perasaan terpaksa. Kemampuan menggosok gigi secara baik dan benar merupakan faktor yang cukup penting untuk perawatan kesehatan gigi dan mulut. Keberhasilan menggosok gigi juga dipengaruhi oleh faktor penggunaan alat, metode menggosok gigi, serta frekuensi dan waktu menggosok gigi yang tepat.(Houwink, 1994)
Teknik  menyikat  gigi  yang  tepat sangat penting dalam mencapai kebersihan gigi dan mulut. Banyak anak yang tidak diberi pengetahuan tentang cara menyikat gigi. Keberhasilannya juga masih tergantung pada pasta gigi, jenis sikat, waktu menyikat, dan metode menyikat gigi yang digunakan. Metode menyikat gigi manual termasuk Bass, Stillman, Fones, Charter, horizontal, vertikal, Scrub, dan Roll telah diajarkan selama beberapa decade
Metode Audio Visual merupakan alat peraga yang bersifat dapat didengar dan dapat dilihat yang dapat membantu siswa dalam belajar mengajar yang berfungsi memperjelas  atau  mempermudah dalam memahami bahasa yang sedang dipelajari. Hal ini sejalan dengan penelitian Ika dan Iwan pada tahun (2014) dengan judul penelitian pengaruh media audio visual (Video) terhadap hasil belajar siswa, yang mengatakan bahwa menggunakan metode Audio visual lebih efektif dibandingkan dengan menggunakan metode konvensional.
·               Tujuan
Untuk  mengetahui tingkat keterampilan  menggosok gigi pada anak sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan melalui metode audiovisual dan simulasi.





 


BAB II
PEMBAHASAN

·         Menyikat Gigi

Menyikat  gigi dengan menggunakan sikat gigi adalah bentuk penyingkiran plak secara mekanis. Saat ini telah banyak tersedia sikat gigi dengan berbagai ukuran, bentuk, tekstur, dan desain dengan berbagai derajat kekerasan dari bulu sikat.
Hal yang perlu diperhatikan dalam menggosok gigi. Hal yang harus diperhatikan dalam menggosok gigi adalah (Rahmadhan, 2010) :
·         Waktu menggosok gigi 
Menggosok gigi minimal dua kali dalam sehari, yaitu pagi hari setelah sarapan dan malam  hari sebelum tidur. Hal ini disebabkan  karena dalam waktu 4 jam, bakteri mulai bercampur dengan makanan dan membentuk plak gigi. Menyikat gigi setelah makan bertujuan untuk menghambat proses tersebut. Lebih baik lagi menambah waktu menyikat gigi setelah makan siang atau minimal berkumur air putih setiap habis makan.
·         Menggosok gigi dengan lembut
Menyikat gigi yang terlalu keras dapat menyebabkan kerusakan gigi dan gusi. Menggosok gigi tidak diperlukan tekanan yang kuat karena plak memiliki konsistensi yang lunak, dengan tekanan yang ringan plak akan terbuang.
·         Durasi dalam menggosok gigi
Menggosok gigi yang terlalu cepat tidak akan efektif membersihkan plak. Menggosok gigi yang tepat dibutuhkan durasi minimal 2 menit.
·         Rutin mengganti sikat gigi
Sikat gigi yang sudah berusia 3 bulan sebaiknya diganti karena sikat gigi tersebut akan  kehilangan  kemampuannya untuk membersihkan gigi dengan baik.  Apabila kerusakan sikat  gigi terjadi sebelum berusia 3 bulan merupakan tanda bahwa saat menggosok gigi tekanannya terlalu kuat.


·         Menjaga kebersihan sikat gigi
Kebersihan sikat gigi merupakan hal yang paling utama karena sikat gigi adalah salah satu sumber menempelnya kuman penyakit.
·         Menggunakan pasta gigi yang mengandung fluoride Pasta gigi berperan penting  dalam membersihkan dan melindungi gigi dari kerusakan karena pasta gigi  mengandung  fluoride. Penggunaan pasta gigi tidak perlu berlebihan  karena yang terpenting dalam membersihkan gigi adalah teknik menggosok gigi.

·         Media Audio Visual
Media audio visual merupakan alat peraga yang bersifat dapat didengar dan dapat dilihat yang dapat membantu anak dalam belajar mengajar yang berfungsi memperjelas atau mempermudah dalam memahami bahasa yang sedang dipelajari. Sedangkan audio visual adalah suatu peralatan yang dipakai oleh para guru dalam  menyampaikan konsep, gagasan dan pengalaman yang ditangkap oleh indera pandang dan pendengaran.
Media audio visual termasuk dalam multimedia yaitu  jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang dapat dilihat, seperti misalnya rekaman video, berbagai ukuran  film, slide suara dan lain sebagainya.
Penggunaan media audio visual dapat mempertinggi perhatian anak dengan tampilan  yang  menarik. Selain itu, anak akan  takut  ketinggalan  jalannya  video tersebut  jika  melewatkan  dengan  mengalihkan  konsentrasi  dan  perhatian.  Media audio visual  yang  menampilkan  realitas  materi  dapat  memberikan  pengalaman  nyata pada siswa saat mempelajarinya sehingga mendorong adanya aktivitas diri.
Fungsi Media Pembelajaran Menurut Oemar Hamalik (dalam Musfiqon, 2012, hlm. 32), “pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.”
Pesan  pembelajaran  yang  disampaikan  tanpa  menggunakan  media  akan  terasa  hambar dan tidak akan membekas  jika  tidak menggunakan media. Begitupun semangat  anak  untuk  belajar  sangat  rendah  bahkan  bisa  dikatakan  tidak  ada.  Ketika pembelajaran sudah mencapai titik jenuh dan tidak ada semangat anak untuk melanjutkan kegiatan belajar, maka kehadiran sebuah media akan terasa sangat membantu dan sangat diperlu kan.
·         Oral Health Promotion Based On Audio Visual

·         Tanggapan Anak tentang Lagu MOGIGU
Menurut  si  Anak  Lagu  MOGIGU  nya  terlalu  cepat dilakukan oleh pemeran dan anak  kurang suka dengan pemeran yang diakukan oleh orang dewasa.

·         Tabel Checklist
Tabel ini diberikan pada orang tua anak yang digunakan untuk mengetahui apakah si anak menyikat gigi apa tidak nya, jika si anak menyikat gigi maka lembaran checklist di contreng oleh orangtuanya berdasarkan waktu si anak menyikat gigi. Pada hari terakhir lembaran checklist ini berguna untuk melihat evaluasi terhadap perilaku menyikat gigi si anak apakah bertambah baik setelah diberikan MOGIGU atau apakah sebaliknya.

Hari/
Tanggal
Kamis
26/9
Jumat
27/9
Sabtu
28/9
Minggu
29/9
Senin
30/9
Selasa
01/10
Rabu
02/10



PARAF
PAGI










MALAM














·         Aspek Kognitif, Psikomotorik, dan Bahasa
Aspek
Jenis kegiatan
Kognitif
Memperlihatkan pada anak tentang cara menyikat gigi yang baik dan benar dengan media lagu  MOGIGU
Psikomotorik
Anak menyikat gigi sesuai dengan yang diinstruksi pada MOGIGU
Bahasa
Menggunakan kalimat yang dipahami oleh si anak dan dilakukan secara berulang-ulang

·         Hasil yang didapat menurut Teori Rogert
·         Kesadaran (Awareness)
Anak diputarkan video cara menggosok gigi yang baik dan benar MOGIGU (menggosok gigi asyik dengan lagu)
·         Ketertarikan (Interest)
Setelah diputarkan video, anak ada sedikit ketertarikan untuk mencoba menyikat gigi dengan instruksi sesuai dengan MOGIGU
·         Evaluasi (Evaluation)
Setelah dilakukan pemutaran video, anak mulai merasa bahwa MOGIGU baik dan asyik dilakukan untuk kebersihan giginya
·         Mencoba (Trial)
Anak mulai mencoba sedikit demi sedikit cara menyikat gigi sesuai gerakan MOGIGU
·         Adopsi (Adoption)
Setelah mencoba sedikit demi sedikit, si anak akan mulai menerapkan sikat gigi yang baik dan benar.





BAB III
PENUTUP

·         Kesimpulan
Dalam merubah perilaku anak salah satu metode yang bisa digunakan adalah audio visual yang mencakup indera pendengaran,  indera penglihatan dan anggota tubuh lainnya. Dari hasil evaluasi di dapatkan bahwa dengan menggunakan audio visual itu efektif untuk membantu orangtua dalam memberikan pengetahuan pada anak terkait kebersihan gigi dan mulut.
·         Saran
Diharapkan pada ibu untuk memperhatikan kebersihan gigi dan mulut anaknya, dan mendorong untuk merubah perilaku anaknya dalam menyikat gigi yang baik dan benar.

















Masalah Kesehatan Gigi dan Mulut


BAB I
PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dan lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh keseluruhan. Gigi merupakan salah satu bagian tubuh yang berfungsi untuk mengunyah, berbicara dan mempertahankan bentuk muka, sehingga penting untuk menjaga kesehatan gigi sedini mungkin agar dapat bertahan lama dalam rongga mulut. Kelainan-kelainan yang bisa terjadi di dalam mulut adalah gigi berlubang, penyakit atau radang gusi dan gigi berjejal. Karies gigi dan radang gusi (gingivitis) merupakan penyakit gigi dan jaringan pendukung gigi yang banyak dijumpai pada anak-anak sekolah dasar di Indonesia, serta cenderung meningkat setiap dasawarsa.
Masalah terbesar yang dihadapi penduduk Indonesia seperti juga di negara - negara berkembang lainnya di bidang kesehatan gigi dan mulut  adalah penyakit jaringan keras gigi (caries dentin). Hal ini karena prevalensi karies di Indonesia mencapai 80%. Usaha untuk mengatasinya belum memberikan hasil yang nyata bila diukur dengan indikator kesehatan gigi masyarakat. Tingginya prevalensi karies gigi serta belum berhasilnya usaha untuk mengatasinya mungkin dipengaruhi oleh faktor - faktor distribusi penduduk, faktor lingkungan, faktor perilaku, dan faktor pelayanan kesehatan gigi yang berbeda-beda pada masyarakat Indonesia.
Karies gigi adalah suatu proses kerusakan yang dimulai dari email terus ke dentin dan merupakan suatu penyakit yang berhubungan dengan banyak faktor. Ada empat faktor utama yang saling mempengaruhi untuk terjadinya karies yaitu faktor host yang meliputi gigi dan saliva, faktor ke dua ialah mikroorganisme, ke tiga adalah substrat dan ke empat adalah waktu.
Selain faktor langsung yang ada di dalam mulut, terdapat faktor-faktor tidak langsung yang disebut faktor risiko luar yang merupakan faktor predisposisi dan faktor penghambat terjadinya karies. Faktor luar antara lain adalah usia, jenis kelamin, keadaan penduduk dan lingkungan, pengetahuan, kesadaran dan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan gigi, misalnya pengetahuan mengenai jenis makanan dan minuman yang menyebabkan karies.
Studi epidemiologi menunjukkan bahwa kejadian karies sangat berbeda antara kelompok-kelompok penduduk, tetapi diet dipertimbangkan sebagai perbedaan utama antara kelompok-kelompok bangsa meskipun ada juga faktor genetik. Telah dibuktikan dari berbagai  penelitian bahwa gula dalam diet merupakan penyebab utama karies. Suku bangsa yang mengkonsumsi gula lebih tinggi, kariesnya lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang mengkonsumsi gula lebih rendah.
Peningkatan keadaan sosial ekonomi dan pola hidup masyarakat juga sangat berpengaruh pada peningkatan penyakit gigi dan mulut. Hal ini antara lain disebabkan karena adanya perubahan perilaku masyarakat serta kemampuan dalam menyediakan makanan yang bersifat kariogenik seperti gula, permen dan coklat.

1.2        Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah :
a.       Bagaimanakah anatomi mulut dan bagian – bagian mulut?
b.      Apakah yang dimaksud dengan karies gigi?
c.       Apakah yang dimaksud dengan gingvitis?
d.      Bagaimanakah diet makanan bagi mulut?
e.       Bagaimanakah cara menyikat gigi yang baik?
f.       Bagaimanakah proses penambalan gigi?
g.      Bagaimanakah proses pencabutan gigi?
h.      Bagaimanakah perawatan gigi yang baik (kontrol gigi 6 bulan sekali)?

1.3       Tujuan
a.       Mengetahui anatomi mulut dan bagian – bagian mulut
b.      Mengetahui mengenai karies gigi
c.       Mengetahui mengenai gingvitis
d.      Mengetahui diet makanan yang baik bagi mulut
e.       Mengetahui cara menyikat gigi yang baik
f.       Mengetahui proses penambalan gigi
g.      Mengetahui proses pencabutan gigi
h.      Mengetahui perawatan gigi yang baik (kontrol gigi 6 bulan sekali)


BAB II
PEMBAHASAN

2.1       Mulut dan Bagian – Bagiannya
Mulut dibentuk oleh 2 rahang, yakni rahang atas dan rahang bawah. Pada rahang ini terdapat gigi dan gusi. Gigi dan mulut sendiri berfungsi untuk menguyah, berbicara, dan memberikan bentuk yang harmonis pada muka.
Gigi tersusun atas lapisan-lapisan. Lapisan-lapisan pada gigi yakni :
1.      Email                   : lapisan terluar yang keras dan kuat
2.      Dentin                 : lapisan dibawah email yang lebih lunak mudah rusak
3.      Pulpa                   : lapisan yang berisi pembuluh darah dan saraf
4.      Gusi                    : laringan lunak yang ada dalam mulut
5.      Cementum          : lapisan luar akar gigi
6.      Jar. Periodontal   : jaringan yang memegang gigi sehingga melekat pada rahang
7.      Tulang alveolar   : tulang tempat melekatnya gigi
2.2              Karies
1.      Definisi
Karies berasal dari bahasa Latin yaitu caries yang artinya kebusukan. Karies gigi adalah suatu proses kronis regresif yang dimulai dengan larutnya mineral email sebagai akibat terganggunya keseimbangan antara email dan sekelilingnya yang disebabkan oleh pembentukan asam mikrobial dari substrat sehingga timbul destruksi komponen-komponen organik yang akhirnya terjadi kavitas.
Karies adalah suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan cementum yang disebabkan oleh aktivitas jazad renik terhadap suatu jenis karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya adalah adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya (Kidd & Bechal, 1992).
Karies merupakan proses demineralisasi yang disebabkan oleh suatu interaksi antara (produk-produk) seperti: mikroorganisme, ludah, bagian-bagian yang berasal dari makanan dan email (Houwink & Winchel, 2000).
2.      Penyebab
Keberadaan bakteri dalam mulut merupakan suatu hal yang normal. Bakteri dapat mengubah semua makanan, terutama gula, menjadi asam. Bakteri, asam, sisa makanan, dan ludah akan membentuk lapisan lengket yang melekat pada permukaan gigi. Lapisan lengket inilah yang disebut plak. Plak akan terbentuk 20 menit setelah makan. Zat asam dalam plak akan menyebabkan jaringan keras gigi larut dan terjadilah  karies. Bakteri yang paling berperan dalam menyebabkan karies adalah  Streptococcus mutans.
3.      Gejala
Karies ditandai dengan adanya lubang pada jaringan keras gigi, dapat berwarna coklat atau hitam.
Gigi berlubang biasanya tidak terasa sakit sampai lubang tersebut bertambah besar dan mengenai persyarafan dari gigi tersebut. Pada karies yang cukup dalam, biasanya keluhan yang sering dirasakan pasien adalah rasa ngilu bila gigi terkena rangsang panas, dingin, atau manis. Bila dibiarkan, karies akan bertambah besar dan dapat mencapai kamar pulpa, yaitu rongga dalam gigi yang berisi jaringansyaraf dan pembuluh darah. Bila sudah mencapai kamar pulpa, akan terjadi proses peradangan yang menyebabkan rasa sakit yang berdenyut. Lama kelamaan, infeksi bakteri dapat menyebabkan kematian jaringan dalam kamar pulpa dan infeksi dapat menjalar ke jaringan tulang penyangga gigi, sehingga dapat terjadi abses.

4.      Proses Karies Gigi
Proses terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plaque di permukaan gigi, sukrosa (gula) dari sisa makanan dan bakteri berproses menempel pada waktu tertentu yang berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH mulut menjadi kritis (5,5) dan akan menyebabkan demineralisasi email berlanjut menjadi karies gigi. Secara perlahan-lahan demineralisasi interna berjalan ke arah dentin melalui lubang fokus tetapi belum sampai kavitasi (pembentukan lubang).
Kavitasi baru timbul bila dentin terlibat dalam proses tersebut. Namun kadang-kadang begitu banyak mineral hilang dari inti lesi sehingga permukaan mudah rusak secara mekanis, yang menghasilkan kavitasi yang makrokopis dapat dilihat. Pada karies dentin yang baru mulai terlihat hanya lapisan keempat (lapisan transparan, terdiri dari tulang dentin sklerotik, kemungkinan membentuk rintangan terhadap mikroorganisme dan enzimnya) dan lapisan kelima (lapisan opak/tidak tembus penglihatan, di dalam tubuli terdapat lemak yang mungkin merupakan gejala degenerasi cabang-cabang odontoblast). Baru setelah terjadi kavitasi, bakteri akan menembus tulang gigi. Pada proses karies yang amat dalam, tidak terdapat lapisan-lapisan tiga (lapisan demineralisasisuatu daerah sempit, dimana dentin partibular diserang), lapisan empat dan lapisan lima.
Akumulasi plak pada permukaan gigi utuh dalam dua sampai tiga minggu menyebabkan terjadinya bercak putih. Waktu terjadinya bercak putih menjadi kavitasi tergantung pada umur, pada anak-anak 1,5 tahun dengan kisaran 6 bulan ke atas dan ke bawah, pada umur 15 tahun, 2 tahun dan pada umur 21-24 tahun, hampir tiga tahun. Tentu saja terdapat perbedaan individual. Sekarang ini karena banyak pemakaian flourida, kavitasi akan berjalan lebih lambat daripada dahulu.
Pada anak-anak, kerusakan berjalan lebih cepat dibanding orang tua, hal ini disebabkan:
a.    Email gigi yang baru erupsi lebih mudah diserang selama belum selesai maturasi setelah erupsi (meneruskan mineralisasi dan pengambilan flourida) yang berlangsung terutama 1 tahun setelah erupsi.
b.    Remineralisasi yang tidak memadai pada anak-anak, bukan karena perbedaan fisiologis, tetapi sebagai akibat pola makannya (sering makan makanan kecil)
c.    Lebar tubuli pada anak-anak mungkin menyokong terjadinya sklerotisasi yang tidak memadai
d.    Diet yang buruk dibandingkan dengan orang dewasa, pada anak-anak terdapat jumlah ludah dari kapasitas buffer yang lebih kecil, diperkuat oleh aktivitas proteolitik yang lebih besar di dalam mulut.

5.      Klasifikasi Karies Gigi
a.    Berdasarkan Stadium Karies (dalamnya karies)
·           Karies Superfisialis di mana karies baru mengenai enamel saja, sedang dentin belum terkena.

·           Karies Media di mana karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah dentin.


·           Karies Profunda di mana karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan kadang-kadang sudah mengenai pulpa.

b.   Berdasarkan Keparahan atau Kecepatan Berkembangnya
·            Karies Ringan
Kasusnya disebut ringan jika serangan karies hanya pada gigi yang paling rentan seperti pit (depresi yang kecil, besarnya seujung jarung yang terdapat pada permukaan oklusal dari gigi molar) dan fisure (suatu celah yang dalam dan memanjang pada permukaan gigi) sedangkan kedalaman kariesnya hanya mengenai lapisan email (iritasi pulpa).
·            Karies Sedang
Kasusnya dikatakan sedang jika serangan karies meliputi permukaan oklusal dan aproksimal gigi posterior. Kedalaman karies sudah mengenai lapisan dentin (hiperemi pulpa).
·            Karies Berat/Parah
Kasusnya dikatakan berat jika serangan juga meliputi gigi anterior yang biasanya bebas karies. Kedalaman karies sudah mengenai pulpa, baik pulpa tertutup maupun pulpa terbuka (pulpitis dan gangren pulpa). Karies pada gigi anterior dan posterior sudah meluas ke bagian pulpa.
6.      Faktor Etiologi
Ada yang membedakan faktor etiologi atau penyebab karies atas faktor penyebab primer yang langsung mempengaruhi biofilm (lapisan tipis normal pada permukaan gigi yang berasal dari saliva) dan faktor modifikasi yang tidak langsung mempengaruhi biofilm. Karies terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja seperti penyakit menular lainnya tetapi disebabkan serangkaian proses yang terjadi selama beberapa kurun waktu. Pada tahun 1960-an oleh Keyes dan Jordan (cit. Harris and Christen, 1995), karies dinyatakan sebagai penyakit multifaktorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi penyebab terbentuknya karies. Ada empat faktor utama yang memegang peranan yaitu 1) faktor host atau tuan rumah, 2) agen atau mikroorganisme, 3) substrat atau diet dan, 4) faktor waktu. Untuk terjadinya karies, maka kondisi setiap faktor tersebut harus saling mendukung yaitu tuan rumah yang rentan, mikroorganisme yang kariogenik, substrat yang sesuai dan waktu yang lama.
1)      Faktor Host Atau Tuan Rumah
Ada beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan rumah terhadap karies yaitu faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel, faktor kimia dan kristalografis. Pit dan fisur pada gigi posterior sangat rentan terhadap karies karena sisa-sisa makanan mudah menumpuk di daerah tersebut terutama pit dan fisur yang dalam. Selain itu, permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak mudah melekat dan membantu perkembangan karies gigi. Enamel merupakan jaringan tubuh dengan susunan kimia kompleks yang mengandung 97% mineral (kalsium, fosfat, karbonat, fluor), air 1% dan bahan organik 2%. Bagian luar enamel mengalami mineralisasi yang lebih sempurna dan mengandung banyak fluor, fosfat dan sedikit karbonat dan air. Kepadatan kristal enamel sangat menentukan kelarutan enamel.Semakin banyak enamel mengandung mineral maka kristal enamel semakin padat dan enamel akan semakin resisten. Gigi susu lebih mudah terserang karies daripada gigi tetap. Hal ini disebabkan karena enamel gigi susu mengandung lebih banyak bahan organik dan air sedangkan jumlah mineralnya lebih sedikit daripada gigi tetap. Selain itu, secara kristalografis kristal-kristal gigi susu tidak sepadat gigi tetap. Mungkin alasan ini menjadi salah satu penyebab tingginya prevalensi karies pada anak-anak.
2)      Faktor agen atau mikroorganisme
Plak gigi memegang peranan peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Hasil penelitian menunjukkan komposisi mikroorganisme dalam plak berbeda-beda. Pada awal pembentukan plak, kokus gram positif merupakan jenis yang paling banyak dijumpai seperti Streptokokus mutans, Streptokokus sanguis, Streptokokus mitis dan Streptokokus salivarius serta beberapa strain lainnya. Selain itu, ada juga penelitian yang menunjukkan adanya laktobasilus pada plak gigi. Pada penderita karies aktif, jumlah laktobasilus pada plak gigi berkisar 104 – 105 sel/mg plak. Walaupun demikian, S. mutans yang diakui sebagai penyebab utama karies oleh karena S. Mutans mempunyai sifat asidogenik dan asidurik (resisten terhadap asam).
3)      Faktor substrat atau diet
Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel. Selain itu, dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam serta bahan lain yang aktif yang menyebabkan timbulnya karies. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang banyak mengonsumsi karbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan pada gigi, sebaliknya pada orang dengan diet yang banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali tidak mempunyai karies gigi. Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa karbohidrat memegang peranan penting dalam terjadinya karies.
4)      Faktor waktu
Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan.
7.      Epidemiologi Karies Gigi
a.    Distribusi Frekuensi
Status karies gigi menurut karakteristik penduduk Indonesia (Profil Kesehatan Gigi dan Mulut Tahun 1999):
·           Prevalensi karies berdasarkan jenis kelamin :
Laki-laki (90,05%)
Perempuan(91,67%)
·            Prevalensi karies berdasarkan daerah :
Urban (91,06%)
Rural (90,84%)
·            Prevalensi karies berdasarkan pulau :
 Jawa dan Bali (86,59%),
Sumatera (94,41%),
Kalimantan (94,85%),
Sulawesi (99,28%)
·            Prevalensi karies berdasarkan umur :
12 tahun (76,62%),
15 tahun (89,38%),
 18 tahun (83,50%),
35-44 tahun (94,56%),
dan 65 tahun ke atas (98,57%)
b.   Determinan
·            Umur
1)        Umur 1-2 tahun
Studi oleh Kohler et all (1978,1982), bahwa pada ibu-ibu dengan saliva yang mengandung banyak Streptococcus mutans sering menularkannya kepada bayi mereka segera setelah gigi susunya tumbuh, hal ini menyebabkan tingginya kerentanan terhadap karies.
2)        Umur 5-7 tahun
Studi oleh Carvalho et all (1989) menunjukkan bahwa pada masa ini permukaan oklusal (kunyah) gigi molar pertama sedang berkembang, pada masa ini gigi rentan karies sampai maturasi kedua (pematangan jaringan gigi) selesai selama 2 tahun.
3)        Umur 11-14 tahun
Merupakan usia pertama kali dengan gigi permanen keseluruhan. Pada masa ini gigi molar kedua rentan terhadap karies sampai maturasi kedua selesai.
4)        Umur 19-22 tahun
Adalah kelompok umur berisiko pada usia remaja. Pada masa ini gigi molar ke tiga rentan karies sampai maturasi keduanya selesai. Di usia ini pula biasanya orang-orang meninggalkan rumah untuk belajar atau bekerja di tempat lain, yang selanjutnya dapat menyebabkan perubahan tidak hanya gaya hidup tapi juga pada kebiasaan makan dan menjaga kebersihan mulut.
·            Jenis Kelamin
Dari pengamatan yang dilakukan Milhann-Turkeheim pada gigi M1, didapat hasil bahwa persentase karies gigi pada wanita adalah lebih tinggi dibanding pria.Selama masa kanak-kanak dan remaja, wanita menunjukkan nilai DMF yang lebih tinggi daripada pria. Walaupun demikian, umumnya oral higiene wanita lebih baik sehingga komponen gigi yang hilang (M=Missing) lebih sedikit.
·            Sosial Ekonomi
Karies dijumpai lebih rendah pada kelompok sosial ekonomi rendah dan sebaliknya. Hal ini dikaitkan dengan lebih besarnya minat hidup sehat pada kelompok sosial ekonomi tinggi.
             Tirthankar (2002), ada dua faktor sosial ekonomi yaitu pekerjaan dan pendidikan. Pendidikan adalah faktor kedua terbesar yang mempengaruhi status kesehatan. Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang kesehatan sehingga akan mempengaruhi perilakunya untuk hidup sehat.
·            Penggunaan Flour
Rugg-Gunn (2000) di Inggris menyatakan bahwa penggunaan fluor sangat efektif untuk menurunkan prevalensi karies, walaupun penggunaan fluor tidaklah merupakan satusatunya cara mencegah gigi berlubang.
Dr. Trendly Dean dilaporkan bahwa ada hubungan timbal balik antara konsentrasi fluor dalam air minum dengan prevalensi karies.Penelitian epidemiologi Dean ditandai dengan perlindungan terhadap karies secara optimum dan terjadinya mottled enamel (keadaan email yang berbintik-bintik putih, kuning, atau coklat akibat kelebihan fluor/fluorosis) yang minimal apabila konsentrasi fluor kurang dari 1 ppm.
·            Pola Makan
Setiap kali seseorang mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat, maka beberapa bakteri penyebab karies di rongga mulut akan mulai memproduksi asam sehingga pH saliva menurun dan terjadi demineralisasi yang berlangsung selama 20-30 menit setelah makan. Di antara periode makan, saliva akan bekerja menetralisir asam dan membantu proses remineralisasi. Namun, apabila makanan berkarbonat terlalu sering dikonsumsi, maka email gigi tidak akan mempunyai kesempatan untuk melakukan remineralisasi dengan sempurna sehingga terjadi karies.
·            Kebersihan Mulut
Diketahui bahwa salah satu komponen dalam pembentukan karies adalah plak. Orang yang rutin menyikat gigi akan memiliki faktor risiko lebih kecil untuk karies dibandingkan yang tidak rutin menggosok gigi.
·            Merokok
Nicotine yang dihasilkan oleh tembakau dalam rokok dapat menekan aliran saliva, yang menyebabkan aktivitas karies meningkat. Dalam hal ini karies ditemukan lebih tinggi pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok.
·            Pengalaman karies
Penelitian epidemiologis telah membuktikan adanya hubungan antara pengalaman karies dengan perkembangan karies di masa mendatang. Sensitivitas parameter ini hampir mencapai 60%. Prevalensi karies pada gigi desidui dapat memprediksi karies pada gigi permanennya.
·           Jumlah bakteri
Segera setelah lahir akan terbentuk ekosistem oral yang terdiri atas berbagai jenis bakteri. Kolonisasi bakteri di dalam mulut disebabkan transmisi antar manusia, yang paling banyak dari ibu atau ayah. Bayi yang memiliki jumlah S. mutans yang banyak, maka usia 2-3 tahun akan mempunyai risiko karies yang lebih tinggi pada gigi susunya. Walaupun laktobasilus bukan merupakan penyebab utama karies, tetapi bakteri ini ditemukan meningkat pada orang yang mengonsumsi karbohidrat dalam jumlah banyak.
·            Saliva
Selain mempunyai efek bufer, saliva juga berguna untuk membersihkan sisa-sisa makanan di dalam mulut. Aliran saliva pada anak-anak meningkat sampai anak tersebut berusia 10 tahun, namun setelah dewasa hanya terjadi peningkatan sedikit. Tidak hanya umur, beberapa faktor lain juga dapat menyebabkan berkurangnya aliran saliva. Pada individu yang berkurang fungsi salivanya, maka aktivitas karies akan meningkat secara signifikan.
8.      Diagnosa
a.    Detectable explorer “stick”
b.    Radiographs
c.    Visual
d.   Laser caries detector
9.      Intervensi
a.       Sikat gigi dengan pasta gigi berfluoride dua kali sehari, pada pagi hari setelah sarapan dan malam hari sebelum tidur.
b.      Lakukan flossing sekali dalam sehari untuk mengangkat plak dan sisa makanan yang tersangkut di antara celah gigi-geligi.
c.       Hindari makanan yang terlalu manis dan lengket, juga kurangi minum minuman yang manis seperti soda.
d.      Lakukan kunjungan rutin ke dokter gigi tiap 6 bulan sekali.
e.       Perhatikan diet pada ibu hamil dan pastikan kelengkapan asupan nutrisi, karena pembentukan benih gigi dimulai pada awal trimester kedua.
f.       Penggunaan fluoride baik secara lokal maupun sistemik.

2.3       Gingivitis
a.       Pengertian
Radang gusi (gingivitis) adalah keadaan di mana terjadi perubahan struktural pada gusi. Ditandai dengan adanya perubahan bentuk dan warna pada gusi. Radang gusi disebabkan karena kurang memperhatikan kebersihan mulut. Jika tidak segera ditanggulangi akan mengakibatkan enfeksi yang membahayakan anatomi tubuh lainnya.
Radang gusi disebut juga penyakit gusi atau penyakit periondotal, yang diakibatkan pertumbuhan bakteri di mulut dan yang lebih parah lagi jika tidak segera diobati maka gigi akan hilang dikarenakan jaringan mengelilingi gigi. Gusi berdarah bisa disebabkan oleh berbagai hal. Penyebab yang paling sering adalah adanya plak dan karang gigi (kalkulus) yang menempel pada permukaan gigi. Gigi kita dilapisi oleh lapisan transparan licin yang disebut pellicle. Pellicle yang dikolonisasi oleh bakteri disebut plak. Selanjutnya, bila tidak dibersihkan maka plak dapat mengalami mineralisasi (pengerasan), sehingga membentuk karang gigi yang melekat pada permukaan gigi. Biasanya karang gigi dijumpai pada leher gigi.
Karang gigi tidak hanya melekat pada permukaan gigi yang tampak (terletak di atas garis gusi), tapi juga dapat melekat pada permukaan gigi yang tertutup oleh gusi. Pada permukaan karang gigi biasanya juga terdapat koloni bakteri. Koloni bakteri pada plak dan karang gigi inilah yang mengakibatkan kerusakan jaringan penyangga gigi, yang dimulai dari gingiva (bagian gusi yang dapat kita lihat). Keadaan ini disebut gingivitis (radang gusi). Karena ada peradangan maka gusi menjadi mudah berdarah apabila terkena trauma mekanis, misalnya sikat gigi atau tusuk gigi. Jadi, gusi berdarah adalah tanda awal adanya kerusakan gusi.
Apabila tidak segera ditangani maka karang gigi dapat terus bertambah sehingga perlekatan gusi pada permukaaan gigi menjadi lepas dan terbentuk adanya kantung pada gusi (disebut periodontal pocket). Kondisi ini disertai juga dengan perdarahan gusi dan kerusakan tulang penyangga gigi. Akibatnya bila tidak segera ditangani gigi menjadi goyang dan akhirnya tanggal. Keadaan ini disebut periodontitis.

b.      Perbedaan Antara Radang Gusi ( Gingivitis) Dan Penyakit Gusi (Periodontitis).
            Radang Gusi (Gingivitis) biasanya lebih dahulu daripada Penyakit Gusi (Periodontitis). Tetapi belum tentu Radang Gusi menjadi Penyakit Gusi. Radang Gusi terbentuknya bakteri dalam plak yang menyebabakan gusi menjadi meradang (merah dan bengkak) dan mudah berdarah di saat gosok gigi. Jika radang gigi tidak segera diatasi bisa berakibat penyakit gusi. Pada orang yang terkena penyakit gusi, lapisan bagian dalam gusi dan tulang menjauh dari gigi dan membebtuk kantung. dan ruang – ruang kecil gigi dapat ditempati oleh bakteri – bakteri. bakteri ini dapat menyebabkan toksin atau racun dalam plak.

c.       Penyebab Gingivitis
Radang gusi (gingivitis) disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya :
1)      Adanya karang gigi,
2)      Bakteri,
3)      Sisa makanan (plak) pada gigi,
4)      Cara menyikat gigi yang salah,
5)      Bernafas melalui mulut. Karena bernafas melalui mulut membuat gigi menjadi kering  dan gusi mudah teriritasi.
6)      Stress, sering merokok, pubertas, haid tidak teratur, kehamilan dan faktor lain yaitu Diabetes Melitus (DM).

d.      Tanda dan Gejala Gingivitis
1)      Biasanya mengeluh mulut bau, gusi bengkak mudah berdarah, tanpa nyeri, hanya kadang terasa gatal.
2)      Pada pemeriksaan gusi tampak bengkak, berwarna lebih merah dan mudah berdarah pada sondasi.
3)      Kebersihan mulut biasanya buruk.
4)      Salah satu bentuk radang gusi adalah perikoronitis yang gejalanya lebih berat, yaitu demam, dan sukar membuka mulut.
e.   Cara mencegah timbulnya Gingivitis
1)      Rajin memperbaiki kebersihan mulut dan berkumur dengan obat kumur.
2)      Rajin menggosok gigi secara benar dan teratur sesuai anjuran dokter, minimal 2 kali sehari.
3)      Bersihkan rongga mulut setiap 3 atau 6 bulan sekali.
4)      Bersihkan karang gigi oleh dokter gigi.
5)      Bila sudah terjadi radang gusi dan dengan perbaikan kebersihan tidak sembuh, obati dengan antibiotic Amoksisilin 500 mg 3 x sehari selama 5 hari, Anti nyeri dan anti inflamasi.
6)      Banyak mengonsumsi buah-buahan yang mengonsumsi vitamin C karena berkhasiat sebagai antioksidan dan meningkatkan kekebalan tubuh. Sumber vitamin C alami banyak terdapat pada buah-buahan segar seperti jambu biji, jeruk, tomat, sirsak dan mangga.
7)      Menurut penelitian, brokoli dapat mencegah terjadinya infeksi termasuk infeksi kuman penyebab radang gusi.
8)      Hindari rokok karena dapat meningkatkan reiko terkena radang gusi.
9)      Banyak minum air putih.

f.   Klasifikasi Gingivitis
1)      Berdasarkalamanyperadangagingival
-          Akut : Peradangagingival dengadurassingkat,setelaperawatadarpasiesendirdapamengembalikastatusehat.
-          Kronis : Gingivitiduraslamaterjadsampabertahun-tahuperiodontitis.
2)      Berdasarkaperluasaperadangan
-          Terlokalisasi : membatasperadangajaringagingivpadgigatasebagian.
-          General : peradangajaringagingiva padselurumulut.
3)      Berdasarkan DistribusInflamasi
-     Papila : inflamasjaringapadselurumulut.
-     Marginal : inflamaspadmargidapapila.
-     Diffuse : inflamai pada margin gingiva.

g.  Tipe Gingivitis
    Gingivitis dapat dibagi dalam 3 kelompok besar yaitu :
a.       Disebabkan oleh bakteri yang berakumulasi dalam sulkus gingiva   dan  permukaan gigi.
b.      Disertai dengan nekrosis.
c.       Tidak ada hubungannya dengan plak dan tidak dimulai dari marginal.
           Gingivitis yang ada hubungannya dengan plak bakteri dimulai dari gingiva paling koronal sebab di sana tempat lokasi bakteri penyebab. Penyebaran penyakit lebih ke apikal hanya terjadi bila penyakit menjadi lebih parah. Hanya pada keadaan yang sangat parah atau bila diperparah oleh kondisi sistemik, gingivitis yang disebabkan oleh plak ini akan menyebar dari marginal gingiva ke mucogingival junction. Gingivitis yang tidak ada hubungannya dengan plak biasanya mengenai seluruh mulut oleh karena penyebabnya faktor sistemik atau distribusinya tidak ada hubungannya dengan sulkus gingiva atau margin gingiva.

h.      Gingivitis yang Ada Kaitannya dengan Plak Bakteri
1)               Gingivitis ‑ Plak Bakteri ‑ Tidak Berkembang
              Gingivitis yang disebabkan oleh plak bakteri adalah bentuk penyakit periodontal yang paling umum/sering terjadi dan dengan prevalensi yang paling tinggi. Walaupun gingivitis yang disebabkan oleh plak bakteri mempunyai komposisi bakteri berbeda dengan gingiva sehat, komposisi floranya tidaklah sangat spesifik. Dengan demikian diagnosa bakteriologis bukan metoda yang menjadi pilihan. Lebih tepat bila diagnosa dilakukan secara klinis.
              Secara klinis gingivitis menunjukkan perubahan pada kontur dan kekerasan normal gingiva menjadi membengkak dalam berbagai derajat edema atau fibrosis pada kebanyakan kasus dan pada kasus tertentu dimodifikasi oleh kondisi sistemik.
              Pada mereka dengan warna kulit yang lebih muda, warna merah muda gingiva menjadi merah atau merah kebiruan. Pada mereka dengan warna kulit gelap, perubahan warna gingiva tidak begitu jelas, tergantung intensitas pigmentasi normal, mungkin berwarna merah kebiruan dengan edema.
2)               Gingivitis - Plak Bakteri - Diperparah Keadaan Sistemik.
              Kondisi sistemik belum tentu sebagai bagian penyebab terjadinya gingivitis. Di lain pihak penampakan klinis gingivitis dapat menunjukkan adanya faktor sistemik. Beberapa kondisi sistemik mempunyai peranan dalam berkembangnya gingivitis menjadi periodontitis, sedang beberapa kondisi sistemik lainnya mengubah penampilan gingivitis tanpa mengurangi kemampuan respon host untuk tidak berkembang ke periodontitis.
              Termasuk kondisi sistemik yang disebut pertama adalah gangguan darah seperti neutropenia dan yang disebut belakangan adalah hormon sex, obat‑obatan tertentu dan penyakit sistemik lainnya. Resiko terjadinya periodontitis meningkat semata-mata disebabkan oleh bertambahnya akumulasi plak pada gingiva yang membesar sehingga sukar dibersihkan.

i.        Gingivitis yang berhubungan dengan hormon sex.
            Kehamilan dapat dikaitkan dengan gingivitis dan kadang‑kadang terjadi ploriferasi lokal yang dikenal sebagai pregnancy tumor. Kelainan tersebut di atas bukan neoplasma, tetapi keradangan dengan pembesaran gingiva.
Pembesaran gingiva yang terjadi dipengaruhi oleh gangguan keseimbangan hormon pada kehamilan. Fenomena yang sama terlihat pada pemakaian pil kontrasepsi oral. Gingivitis pada kehamilan lebih parah daripada gingivitis pada keadaan tidak hamil.

j.        Gingivitis yang ada kaitannya dengan obat‑obatan.
Penampakan klinis gingivitis dapat termodifikasi oleh obat‑obatan yang digunakan secara sistemik terutama obat anti konvulsi, obat kardiovascular dan immonosupresi tertentu. Terjadi hipertrofi elemen jaringan ikat (terutama kolagen) sehingga terlihat gingiva membesar.
Keradangan yang terjadi disebabkan oleh akumulasi plak bakteri. Prototipe dan hipertrofi gingiva dari obat untuk sistem syaraf pusat tersebut di atas adalah phenytoin (diphenylhydantoin). Sekitar 50% pemakai phenytoin dalam jangka waktu panjang mengalami  pertumbuhan gingiva.
Hipertrofi hasil obat kardiovascular terutama adalah golongan calcium channel blockers seperti infedipine dan oxodipine. Beberapa calcium channel blockers lainnya juga mempunyai kaitan dengan pertumbuhan berlebihan gingiva. Cyclosporin sebagai immosupresi adalah golongan obat yang berperan besar terhadap terjadinya hipertrofi gingiva. Dengan kontrol plak yang baik dapat mengurangi keparahan­nya.

k.      Gingivitis yang berkaitan dengan penyakit sistemik.
Modifikasi kondisi pada gingiva selain yang tersebut di atas dapat dihasilkan dari beberapa penyakit sistemik. Hal ini terlihat pada keradangan gingiva yang parah terutama pada anak‑anak, yang keparahannya tidak sebanding dengan plak gigi yang ditemukan. Kondisi di atas mungkin dipengaruhi oleh adanya gangguan darah seperti leucemia dan granulositosis. Demikian pula dengan efek lanjut dari kekurangan Vitamin C terutama bertambahnya perdarahan gingiva.

l.        Necrotizing Ulcerative Gingivitis (NUG)
Terjadi ulserasi pada margin gingiva dan papila, interdental menjadi cekung, beradang dan sakit. Terdapat limfadenopati, suhu meningkat, bau mulut tidak enak dan pseudomembrane rapuh di atas daerah yang terkena penyakit. Pada permulaan ditemukannya, dilaporkan NUG ada kaitannya dengan bakteri fusospiroheta kompleks. Pada akhir-akhir ini dilaporkan bahwa spireheta masuk ke dalam jaringan nekrosis dan berada dalam NUG. Studi kultur terhadap plak penyebab ditemukan spesies trepomena dan selenomonus bersama dengan Bacteroides, Eusobakterium Sp dan lain‑lain. Tidaklah jelas bedanya dengan komposisi bakteri yang terdapat pada bentuk gingivitis lainnya atau periodontitis. NUG sepertinya merupakan manifestasi infeksi berbagai bakteri yang dimodifikasi oleh keadaan sistemik penentu (determinant) tertentu.
1)      Necrotizing Ulcerative Gingivitis, Faktor Sistemik Tidak Diketahui.
NUG secara tradisional dikaitkan dengan stres mental dan fisik. Hubungan yang tepat dan mekanisme bagaimana stres menghasilkan nekrosis masih perlu dibuktikan.
2)      Necrotizing Ulcerative Gingivitis yang Ada Hubungan­nya dengan HIV.
Lesi ulserasi pada gingiva seperti NUG dapat ditemukan pada beberapa kasus AIDS. Infeksi HIV perlu diwaspadai bila terlihat tanda‑tanda NUG.

m.    Gingivitis, Tanpa Plak Gigi
Dua keadaan yang memberi kesan bahwa keradangan gingiva yang terjadi bukan oleh karena plak bakteri adalah tidak terjadi penyembuhan pada gingivitis dengan kontrol plak secara mekanis dan kemis yang dilakukan dengan sangat baik. Gingivitis yang disebabkan faktor bukan plak tidak menunjukkan bahwa kelainan berasal dari margin gingiva.
1)      Gingivitis yang Ada Hubungannya dengan Penyakit Kulit
Gingiva dapat beradang, disebabkan oleh penyakit pada kulit. Mungkin saja yang tersangkut pertama dalam kasus ini adalah gingiva, tetapi umumnya merupakan manifestasi penyakit pada permukaan tubuh yang manapun. Penyakit yang termasuk keadaan tersebut di atas adalah lichens planus, mucous membrane pemphingoid, pemphingus dan gangguan vesicolobullous lain, termasuk manifestasi oral epidermolysis bullosa dan ectodermal displasia. Gingiva mengalami desquamasi atau lesi dengan keradangan oleh perubahan hormon pada menopause atau gangguan keseimbangan dari hormon ovarium lainnya.
2)      Gingivitis Alergi
Gingivitis diffuse, tampak lunak meluas dari marginal ke mucogingival junction. Dapat terjadi oleh karena bahan pembuat chewing gum atau bahan yang terdapat dalam pasta gigi atau bahan makanan.
3)      Gingivitis Infeksi
Hampir semua bahan infeksi dari luar dapat menjadikan gingiva sarang infeksi. Bila virus, lesi vascular. Yang lebih sering menyerang adalah herpes virus. Bakteri dan fungsi yang bukan merupakan flora dalam mulut dapat menimbulkan kelainan seperti misalnya candida albicans.



n.      Pengobatan
Pada gingivitis kronis, menyikat gigi dengan pasta-gigi berfluoride akan memperlambat perkembangan penyakit dan bisa membantu penyembuhan. Kebanyakan sikat-gigi elektrik memiliki manfaat tambahan dibanding sikat-gigi manual. Menyela-menyela gigi setiap hari dapat mengurangi plak dan jumlah bakteri. Penelitian-penelitian terbaru menunjukkan bahwa menyikat gigi yang diikuti dengan pencucian dengan chlorhexidine atau larutan lain bisa memberikan hasil yang lebih baik ketimbang menyikat dan menyela-nyela gigi saja (Lorenz, 2006; Zimmer, 2006). Obat-obatan spesifik perawatan gusi sudah banyak tersedia (Trinata, 2002). Obat-obatan anti-inflammatory nonsteroidal (NSAID) telah terbukti dapat mempercepat penyembuhan inflamasi apabila gigi dibersihkan dan dikerak untuk menghilangkan plak (Taiyeb, 1993; Johnson, 1990).
Pada pasien yang menderita ANUG (Gingivitis ulceratice nekrosis akut), perawatan melibatkan antibiotic, NSAID, dan Xylocaine topical untuk meredakan nyeri. Pencuci mulut dengan larutan garam bisa membantu dalam mempercepat penyembuhan, dan pencucian mulit dengan larutan hydrogen peroksida 3% juga bisa memberikan manfaat.
Kategori Obat : Antibiotik – Agen-agen ini digunakan untuk membasmi infeksi bakteri yang merupakan karakteristik utama dari ANUG. Di masa mendatang, antibiotic juga bisa digunakan untuk mengobati gingivitis kronis sederhana, tapi belum ada bukti yang mendukung untuk mempertimbangkan praktek ini, perawatan gingivitis bisa dijamin jika bedah mulut direncanakan. 

o.      Komplikasi
a.       Gingivitis bukan sebuah ancaman signifikan langsung terhadap kesehatan seseorang yang sehat, tapi bisa memberikan kontribusi bagi penyakit dan menyebabkan komplikasi lokal dan sistemik.
b.      ANUG yang berkembang menjadi noma terkait dengan tingkat mortalitas setinggi 70% tanpa antibiotic yang baik dan debridement.
c.       Komplikasi yang paling umum dari gingivitis adalah berkembangnya menjadi penyakit periodontal dan kehilangan gigi. Daerah-daerah gingivitis kronis bisa merentankan seseorang terhadap perkembangan abscess odontogenik dengan membiarkan sebuah rute invasi bakteri ke dalam ruang periodontal mulai dari poket gingival. ANUG bisa merusak secara lokal dan bisa menyebabkan penyebaran infeksi lokal ke dalam jaringan di sekitarnya (Vincent angina dan noma [cancrum oris]). Juga ada potensi untuk penyebaran infeksi sistemik.
d.      Osteomyelitis tulang alveolar bisa terjadi meski tidak umum.
e.       Setiap prosedur gigi yang melibatkan manipulasi yang bisa menyebabkan perdarahan bisa menyebabkan endocarditis. Keberadaan gingivitis dapat meningkatkan risiko ini dengan menjadikan gingival lebih mungkin untuk berdarah dengan manipulasi sederhana (misalnya, scaling gigi). Akumulasi plak yang mengandung bakteri dalam poket-poket gingival sangat berdekatan dengan daerah-daerah gingival yang rusak, sehingga meningkatkan kemungkinan keluarnya bakteri ke sirkulasi umum.
2.3        Memelihara Kesehatan Gigi
Ada banyak manfaat mulut bersih, seperti membuat napas menjadi segar, mulut terlindung dari bakteri mulut, dan yang pasti juga dapat membuat kita percaya diri. Dengan napas yang segar kita pun merasa nyaman saat berada di dekat orang lain, tanpa perlu was-was orang tersebut akan mencium bau mulut Anda.
Kesehatan Mulut adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada kesehatan rongga mulut. Ini termasuk gigi, gusi dan lidah. Kesehatan mulut yang buruk dapat disebabkan oleh luka, infeksi jamur, sariawan, sindrom mulut kering dan kanker mulut. Namun, terkadang penyebab utama dari kesehatan mulut yang buruk bukanlah penyakit berat tetapi hanya pola kebersihan mulut yang buruk, dan kebersihan mulut yang buruk ini pada gilirannya menyebabkan kesehatan mulut yang buruk pula.
Nutrisi yang baik tidak hanya membuat kita sehat dan karenanya mencerminkan kesehatan mulut kita, tetapi juga menghasilkan kesehatan mulut yang baik.  Kekurangan Vitamin A dapat menyebabkan gusi bengkak, gusi berdarah dan penyakit gusi lainnya.  Kalsium dan Vitamin D membantu menjaga kesehatan gigi yang kuat juga. Kalsium dan Vitamin D akan diserap pada gigi dan karenanya memberikan kekuatan pada gigi. Tembaga, Seng, Besi, Yodium dan Kalium juga merupakan mineral penting yang baik bagi kesehatan mulut. Ini bekerja dengan kalsium dan fosfor dan mencegah kerusakan gigi juga.

1)      Makanan Yang Boleh Dimakan Dan Yang Harus Dihindari
Apa yang Anda masukkan ke dalam mulut Anda pasti memberi efek pada gigi Anda. Ada berbagai cara di mana nutrisi mempengaruhi mulut dan gigi. Makanan kaya kalsium dan fosfor baik untuk gigi Anda. Makanan kaya omega-3 dan asam lemak juga akan membantu untuk meningkatkan kesehatan mulut Anda. Makanan dan minuman yang meningkatkan produksi air liur baik untuk kesehatan mulut Anda. Air liur bekerja secara alami menetralkan asam yang meningkatkan kerusakan gigi dan pembusukan. Selain itu juga membantu membersihkan partikel makanan kecil yang menempel di gigi Anda. Semua jenis makanan manis harus dihindari untuk kesehatan mulut yang baik serta mencegah produksi asam dan kerusakan makanan dan pembusukan.
Makanan yang manis dan lengket seperti permen, es, caramel, minuman bersoda dan lain-lain dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan gigi. Perbanyaklah mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan yang berserat dan berair yang baik untuk kesehatan tulang dan gigi karena didalamnya mengandung vitamin C yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Contohnya adalah brokoli, semangka, jeruk, apel dan sebagainya. Selain itu perlu juga menghindari makanan-makanan yang terlalu panas atau dingin, makanan yang dapat menimbulkan bau mulut serta hindari rokok.
2)      Stres dan Kesehatan Mulut
Mulut kering, kebiasaan kertak atau mengeretak gigi (tooth grinding/bruxism) sering dikaitkan dengan stres. pengabaian kesehatan mulut, dari mulai menghindari pemeriksaan gigi, sampai melewatkan kegiatan menjaga kebersihan mulut yang sederhana seperti flossing dan menyikat gigi dpat dipicu oleh stress. Stres dapat mengubah sikap kita terhadap kesehatan gigi. Stres berarti pola makan yang buruk. Stres dan dampaknya pada kesehatan mulut dan kesehatan secara umum bisa menjadi serius dan mengancam jiwa, karenanya penting untuk mencoba tips-tips sederhana tentang bagaimana menjaga kesehatan mulut dan gigi Anda.
2.5       Diet Makanan
Diet yang dianjurkan terutama untuk memperbaiki kesehatan gigi dan mulut :
1.      Mengusahakan diet karbohidrat serendah mungkin yang disesuaikan dengan kebutuhan kalori dengan menjaga agar kalori yang berasal dari karbohidrat tidak lebih dari 50% jumlah kalori yang dibutuhkan per hari, tetapi tidak kurang dari 30%.
2.      Dalam konsumsi karbohidrat sebaiknya dipilih bentuk larutan atau bentuk yang dapat segera bersih dari rongga mulut, misalnya sayuran-sayuran hijau atau kuning, karena merupakan karbohidrat yang baik dengan derajat retensi yang rendah sehingga mengurangi pembentukan plak gigi dan adanya stimulasi aliran saliva.
3.      Mengurangi makanan yang manis dan lengket seperti kue-kue, permen, dan coklat.
4.      Batasi jumlah makan menjadi 3 kali sehari dengan menekan keinginan untuk makan diantara jam-jam makan.
5.      Menambah masukan dari makanan seperti daging, ikan yang kaya akan protein dan fosfat karena dapat menambah sifat basa dari saliva.
2.4        Menyikat Gigi
Menyikat gigi dengan menggunakan sikat gigi adalah bentuk penyingkiran plak secara mekanis. Tujuan menyikat gigi adalah untuk menyingkirkan dan mencegah terbentuknya plak, membersihkan sisa-sisa makanan, debris atau stein, merangsang jaringan gingiva, dan melapisi permukaan gigi dengan fluor.
·         Kontrol Plak
Plak di permukaan gigi dapat dipakai sebagai indikator kebersihan mulut. Penumpukan plak dalam jumlah sedikit yang tidak terlihat secara visual dapat dideteksi dengan disclosing materialDisclosing material ini berguna untuk menilai serta mendidik kebersihan mulut anak-anak, karena mudah untuk menerangkan bagian-bagian yang masih perlu untuk dibersihkan lagi. Bahan pewarna (disclosing material) yang biasa digunakan adalah iodine, mercurochrome, bahan pewarna makanan seperti gincu kue berwarna merah dan bismarck brown. Ada juga larutan fuschin dan eritrosin, tapi tidak dianjurkan lagi karena terbukti bersifat karsinogenik. Bahan perwarana ada yang berbentuk cairan dan tablet. Cara penggunaan bahan pewarna plak tersebut :
a.    Bahan pewarna cairan
Cairan pewarna diteteskan beberapa tetes ke kapas yang dibulatkan, lalu dioleskan pada seluruh permukaan gigi, kemudian kumur dengan air atau cairan pewarna dibiarkan di dalam mulut selama 15-30 detik baru dibuang.
b.    Bahan pewarna tablet
Tablet dikunyah dan kemudian biarkan bercampur dengan saliva dan biarkan saliva di dalam mulut sekitar 30 detik baru dibuang. Setelah mengetahui bagian-bagian yang masih terdapat plak gigi, kita melakukan pembersihan secara mekanis seperti menyikat gigi. Tindakan ini merupakan kontrol plak.
·         Manfaat menyikat gigi setelah makan pagi
1.      Mencegah gigi berlubang, jika malam hari sudah menyikat gigi dan pagi harinya setelah makan pagi menyikat gigi kembali, maka terjadinya risiko penumpukan plak dalam rongga mulut kita secara otomatis akan berkurang sehingga akan mencegah risiko terjadinya gigi berlubang.
2.      Menyegarkan napas, napas yang tidak sedap biasanya terjadi karena adanya kotoran di dalam rongga mulut walau ada faktor lain penyebab bau mulut. Tetapi dengan menyikat gigi setelah makan pagi, napas kita akan terasa lebih segar sebelum pergi beraktifitas.
3.      Menjadi lebih percaya diri, memulai aktifitas kerja dengan napas yang segar dan gigi yang bersih akan menambah percaya diri kita, kita bisa bebas tersenyum, bicara dan tertawa.
·         Manfaat menyikat gigi setelah makan pagi
1.      Mencegah gigi berlubang, jika malam hari sudah menyikat gigi dan pagi harinya setelah makan pagi menyikat gigi kembali, maka terjadinya risiko penumpukan plak dalam rongga mulut kita secara otomatis akan berkurang sehingga akan mencegah risiko terjadinya gigi berlubang.
2.      Menyegarkan napas, napas yang tidak sedap biasanya terjadi karena adanya kotoran di dalam rongga mulut walau ada faktor lain penyebab bau mulut. Tetapi dengan menyikat gigi setelah makan pagi, napas kita akan terasa lebih segar sebelum pergi beraktifitas.
3.      Menjadi lebih percaya diri, memulai aktifitas kerja dengan napas yang segar dan gigi yang bersih akan menambah percaya diri kita, kita bisa bebas tersenyum, bicara dan tertawa.

·         Manfaat menyikat gigi sebelum tidur
Menurut informasi kesehatan yang dikutip dari, dikatakan bahwa kuman akan semakin berkembang pada malam hari saat kita sedang tidur, dimana mulut tidak melakukan aktifitas. Aktifitas kuman dimalam hari biasanya akan meningkat 2x lipat dibandingkan pada siang hari, karena saat tidur di mana mulut tidak melakukan aktifitas seperti makan, minum atau ngobrol, air liur yang memang berfungsi sebagai antiseptik alami dalam mulut kita akan berkurang, makanya kemampuan saliva yang berfungsi untuk menetralisir kuman-kuman dalam mulut juga berkurang. Sehingga apabila menyikat gigi sebelum tidur membuat kondisi mulut kita bersih dapat dipastikan tidak akan terjadi karies atau peradangan pada gusi yang yang mengakibatkan terjadinya pembentukan karang gigi karena plak yang tidak dibersihkan.

·         Cara menyikat gigi yang baik dan benar
1.      Pemilihan sikat gigi yang benar

2.      Gosok gigi secara benar dan teratur 2x sehari
Gosok gigi yang baik dan benar → sisa makanan dan plak dapat dibersihkan
a.       Pilih sikat gigi yang benar: gagang lurus, kepala sikat sesuai dengan mulut, bulu sikat lembut karena yang keras dapat membuat gusi terluka dan menimbulkan abrasi pada gigi, yaitu penipisan struktur gigi terutama di sekitar garis gusi. Abrasi dapat membuat bakteri dan asam menghabiskan gigi karena lapisan keras pelindung enamel gigi telah terkikis. Ganti sikat gigi jika bulu sikat sudah rusak dan simpan di tempat yang kering sehingga dapat mengering setelah dipakai. Jangan pernah meminjamkan sikat gigi kepada orang lain karena sikat gigi mengandung bakteri yang dapat berpindah dari orang yang satu ke orang yang lain meski sikat sudah dibersihkan.
b.      Gosok seluruh permukaan gigi serta lidah (untuk menyingkirkan bakteri dan agar napas lebih segar).

c.       Untuk gigi atas gerakan sikat dari atas ke bawah dan sebaliknya.

d.      Posisi sikat gigi 45° di daerah perbatasan antara gigi dan gusi. Agar sisa makanan yang mungkin masih menyelip dapat dibersihkan. Gunakan gerakan yang sama untuk menyikat bagian  dalam permukaan gigi.

e.       Gosok semua bagian permukaan gigi yang digunakan untuk mengunyah. Gunakan hanya ujung bulu sikat gigi untuk membersihkan gigi dengan tekanan ringan sehingga bulu sikat tidak membengkok. Biarkan bulu sikat membersihkan celah-celah gigi. Rubah posisi sikat gigi sesering mungkin.
f.       Untuk membersihkan gigi depan bagian dalam, gosok gigi dengan posisi tegak dan gerakkan perlahan keatas dan bawah melewati garis gusi.
g.      Gunakan odol secukupnya + fluor
Pasta gigi adalah bahan yang digunakan bersama-sama sikat gigi untuk membersihkan dan memoles seluruh permukaan gigi. Fungsi utama pasta gigi adalah membantu sikat gigi dalam membersihkan permukaan gigi dari pewarnaan gigi dan sisa-sisa makanan, fungsi sekundernya untuk memperkilat gigi dan mempertinggi kesehatan gingiva serta mengurangi bau mulut. Umumnya pasta gigi mengandung bahan abrasif 20-40%, air 20-40%, pelembab 20-40%, detergen 1-2%, bahan pengikat 2%, bahan penyegar ±2%, bahan pemanis ±2%, bahan terapeutik ±5%, dan pewarna <1%.4,28 Pasta gigi terapeutik dibagi dalam 2 kelompok yaitu:
1)      Pasta gigi terapeutik yang tidak mengandung fluor seperti pasta gigi yang mengandung klorofil, antibiotik, ammonium dan enzim inhibitor.
2)      Pasta gigi terapeutik yang mengandung fluor untuk mencegah terjadinya karies gigi seperti : sodium fluoride 0,22%, stannous fluoride 0,4% dan sodium monofluorophosphate 0,76%.
Anak prasekolah sudah dianjurkan untuk memakai pasta gigi yang mengandung fluor karena kemampuan refleks penelanan anak sudah lebih baik, sehingga anak sudah dapat berkumur dan meludahkan cairan yang terdapat dalam mulutnya.8 Jumlah pasta gigi yang dioleskan hanya sebesar biji kacang polong kecil sehingga kadar fluor yang masuk kedalam tubuh anak masih dalam batas yang normal walaupun anak menelan pasta giginya serta untuk mencegah terjadinya fluorosis.

·         Waktu dan frekuensi menyikat gigi
Menurut American Dental Association (ADA) menyatakan bahwa pasien harus menyikat gigi, secara teratur minimal dua kali sehari yaitu pagi hari setelah sarapan dan malam sebelum tidur. Penelitian menunjukkan bahwa menyikat gigi sekali sehari pada anak, menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor akan mencegah terbentuknya karies gigi. Menyikat gigi khususnya pada malam hari sangat penting, bertujuan untuk mencegah plak dan debris (sisa-sisa makanan) yang melekat di permukaan gigi setiap malam.27 Lamanya penyikatan tidak ditentukan, tetapi biasanya dianjurkan selama 2-3 menit.

·         Cara Membersihkan Gigi






2.7              Penambalan Gigi
Penambalan gigi adalah suatu tindakan perawatan dengan cara meletakkan suatu bahan tambal pada lubang gigi yang telah dibersihkan. Bahan tambalan yang biasanya digunakan bermacam-macam tergantung letak dan fungsi dari pada gigi tersebut. Penambalan gigi terhadap gigi yang berlubang sebaiknya dilakukan sedini mungkin sebelum kelainannya menjadi lebih berat lagi. Apabila penambalan dilakukan sedini mungkin, kunjungan ke dokter gigi menjadi lebih sedikit, dalam artian sekali datang bisa langsung dilakukan penambalan langsung. Apabila kelainannya sudah lebih berat, maka gigi tersebut harus dilakukan perawatan terlebih dahulu sehingga memerlukan kunjungan yang lebih banyak. Pada sekarang ini jenis bahan tambal sudah lebih baik lagi, baik dari segi kekuatan atau pun kemiripan bahan tambal dengan warna gigi, sehingga gigi yang sudah ditambal tidak terlihat telah di tambal.
Secara garis besar, ada dua tipe bahan restorasi gigi :
1.      Restorasi langsung (direct restoration).
Proses penambalan dilakukan dengan satu kali kunjungan. Yang termasuk dalam bahan restorasi ini antara lain: amalgam gigi, semen ionomer kaca (SIK), resin ionomer, dan beberapa golongan resin komposit.
2.      Restorasi tidak langsung (indirect restoration).
Umumnya dilakukan kunjungan minimal dua kali atau bahkan lebih, tergantung jenis perawatannya. Yang termasuk restorasi ini antara lain: inlays, onlays, veneers (pelapisan gigi), mahkota dan jembatan yang dibuat dengan emas, bahan dasar metal alloys, keramik atau komposit. Restorasi ini biasanya juga melibatkan pekerjaan laboratoris. Dokter gigi akan melakukan prosedur pencetakan pada pasien untuk memperoleh model gigi dan rongga mulut pasien.
3.      Veneer (pelapisan gigi) adalah perawatan gigi yang dilakukan pada gigi yang tidak beraturan ringan dan gigi dengan bentuk tidak normal
4.      Crown (selubung gigi) dilakukan pada gigi yang patah, kerusakan yang luas, dan gigi yang tidak bisa ditambal. Gigi yang patah dibuatkan selubung gigi, sedangkan bridge merupakan cara perawatan untuk mengisi celah dari satu atau lebih gigi yang hilang. Perawatan ini dilakukan karena kehilangan satu gigi dan adanya masalah gigitan dan sendi rahang yang ditimbulkan dari gigi yang sudah bergeser.
2.8              Pencabutan Gigi
Pencabutan gigi dilakukan apabila gigi tersebut sudah tidak dapat lagi dipertahankan dan apabila gigi tersebut menjadi penyebab dari infeksi di dalam ronggan mulut dan dapat menyebabkan kelinan ke organ yang lainnya. Sebagai salah satu contoh gigi yang harus dicabut ialah gigi rahang bawah yang paling ujung dan tertanam dan menyebabkan sakit dan bengkak, bahkan dapat menyebabkan kesulitan buka mulut. Karena terjadi peradangan disekitar gigi tersebut dan mempengaruhi jaringan otot disekitarnya sehingga ototnya menjadi tegang dan sulit untuk membuka mulut, pencabutan gigi ini termasuk ke dalam operasi karena tingkat kesulitannya dibandingkan pencabutan gigi yang biasa.
2.9       Kontrol Enam Bulan Sekali
Meskipun mungkin tidak terdapat keluhan apapun dari rongga mulut, tetapi pemeriksaan gigi sebaiknya dilakukan 6 bulan sekali. Hal tersebut berguna untuk mencegah perkembangan penyakit gigi dan gusi lebih lanjut. Pemeriksaan gigi yang dilakukan 6 bulan sekali setidaknya sekaligus untuk dilakukan pembersihan karang gigi atau yang biasa disebut dengan scaling oleh dokter gigi. Mengunjungi dokter gigi untuk melakukan pemeriksaan tidak hanya bermanfaat untuk mengetahui jika ada kelainan yang berkembang di rongga mulut. Namun juga dapat untuk mengetahui jika ada perkembangan penyakit sistemik yang bermanifestasi di rongga mulut. Jika dokter gigi mendapati kondisi demikian, biasanya akan merujuk pada dokter yang berkompeten.
Masalah gigi berlubang masih banyak dikeluhkan baik oleh anak-anak maupun dewasa dan tidak bisa dibiarkan hingga parah karena akan memengaruhi kualitas hidup. Karena itulah, untuk mencegahnya, minimal periksakan kondisi gigi ke dokter gigi minimal 6 bulan sekali.
Menurut Drg Ratu Mirah Afifah GCClindent., MDSc, Professional Relationship Manager Oral Care, PT Unilever Indonesia, Tbk, permasalahan gigi akan menyebabkan seseorang mengalami rasa sakit, ketidaknyamanan, cacat, infeksi akut dan kronis, gangguan makan dan tidur serta memiliki risiko tinggi untuk dirawat di rumah sakit. Akibatnya, akan membutuhkan biaya pengobatan tinggi dan berkurangnya waktu belajar di sekolah.
Dicontohkan, di Indonesia, sakit gigi bisa berakibat seseorang kehilangan waktu  kerja atau  sekolah rata-rata 4 hari setiap bulannya dan hal ini juga terjadi di negara maju seperti Amerika Serikat dimana lebih dari 51 juta jam sekolah hilang setiap tahunnya dikarenakan penyakit gigi dan mulut. "Untuk itulah, dianjurkan perlunya mengunjungi dokter gigi setiap 6 (enam) bulan sekali untuk mencegah, mendeteksi secara dini bila ada kelainan dan mendapatkan perawatan gigi segera sebelum keadaan menjadi parah. Disebutkan, data global juga menunjukkan bahwa penyakit gigi dan mulut menjadi masalah dunia yang dapat mempengaruhi kesehatan secara umum dan kualitas Kesehatan.
Seperti general check up kesehatan tubuh dari mata, telinga, denyut jantung, tekanan darah, hingga urine dan tinja, pemeriksaan gigi bermaksud untuk pencegahan penyakit gigi dan mulut akan meneropong kondisi rongga mulut secara menyeluruh, meliputi kondisi gusi, ludah, bau mulut, gigi, termasuk email gigi. Berdasarkan kondisi inilah bisa dilakukan penanggulangan.
Kondisi gusi diperiksa untuk mengetahui apakah ada perdarahan atau radang gusi (gingivitis) dengan alat yang disebut WHO probe. Gusi di tiap gigi ditekan ringan. Kalau tak sehat, dengan tekanan ringan saja gusi akan berdarah. Kalau terjadi radang gusi, karena terjadi di jaringan penyangga gigi, risiko gigi tanggal mencapai 1 – 6 kali. Karena masuknya kuman dapat menyebabkan radang gusi, terutama dari jenis anaerob. Masuknya kuman itu bisa terjadi jika kebersihan kurang terjaga. Gejala radang gusi yang mudah dirasakan adalah saat sikat gigi, gusi berdarah, dan linu saat minum dingin atau asam.
Jika masih ringan, penanganannya bisa dilakukan dengan menyikat gigi secara benar. Sebaliknya, bila sudah terjadi kelainan, misalnya terbentuk kantung gusi karena gingivitis, tindakan medis mesti dilakukan. Bila ukuran kantung gusinya berkisar 3 – 5 mm, dilakukan pembersihan dengan dikuret. Bila kantung gusi telah lebih dari 6 mm, tenpaksa dilakukan operasi gusi.
Sedangkan kondisi ludah yang diperhatikan adalah jumlah, kekentalan, kadar keasaman, dan protein. PH ludah normal adalah 6 – 7. Makin cair makin bagus. Kalau terlalu kental, mulut akan kering karena kekurangan enzim pengendali jumlah kuman. Dengan bertambahnya usia, bisa terjadi syorgan syndrome, berkurangnya produk si ludah. Keadaan ini bisa ditanggulangi dengan pemberian obat. Juga dibantu dengan perilaku sehat, yaitu banyak berkumur dan minum.
Kalau ada yang berlubang, ya ditambal. Kalau sudah ada yang ompong, meskipun terletak di bagian dalam yang tak terlihat bila tersenyum, sebaiknya dipasangi gigi palsu. Ini penting, karena gigi selalu mencari kontak baru. Kalau ada lawannya, ia akan berhenti bergerak. Gigi palsu itu bukan sekadar untuk tampil cantik, tapi untuk membantu memperbaiki dan mempertahankan struktur.
Jika gigi berlubang dan ompong dibiarkan, kita akan cenderung mengunyah di sisi gigi yang tak berlubang dan ompong. Padahal, posisi mengunyah yang ideal harus seimbang. Sisi yang tak dipakai mengunyah akan membuat makanan di sana tak hancur, lama-lama karang gigi menutup permukaan gigi. Jika dibiarkan, akan berpengaruh ke otot leher hingga timbul keluhan pusing. Rahang sendi pun bisa berkelainan, karena fungsi gigitan tak seimbang. Akhirnya, bisa mengganggu fungsi pendengaran.